“Ketika
aku lulus aqu ga merasa apa apa karena aqu pikir kalian masih di situ..
Kehilangan itu muncul ketika aqu kuliah tapi kalian sudah tidak disitu lagi..” (
Reasita, 2013 )
Saya
masih bingung memulai tulisan ini dari mana, rasanya sudah lama sejak terakhir
kali saya posting di blog. Tetapi yang jelas, tulisan ini terinspirasi oleh
post teman saya, Reasita di halaman grup FB PSTP UNAIR 2010. Isi post itu
sederhana, yaitu yang saya kutip diatas. Apalagi dalam kondisi saya yang baru
saja selesai uas, tentu saja kesulitan untuk memahami isi pesan. Setelah saya membaca
berulang - ulang, barulah saya memahami apa makna dari post tersebut.
Jumat
5 Juli 2013, pukul 9:19. Sebuah notifikasi muncul di layar blackberry saya. Lampu
led berkedip – kedip memancarkan warna biru. Ah, ada pembeitahuan facebook. Saya
pun membuka pemberitahuan tersebut, yang ternyata adalah post dari Reasita pada
halaman grup PSTP UNAIR 2010. “Ketika aku lulus aqu ga merasa apa apa karena
aqu pikir kalian masih di situ.. Kehilangan itu muncul ketika aqu kuliah tapi
kalian sudah tidak disitu lagi..” ( Reasita, 2013 ). Saya pun diam, lalu secara
perlahan – lahan saya masuk ke dalam makna dari post tersebut. Ya, Reasita
adalah teman satu angkatan saya di PSTP 2010, yang sudah lebih dulu
menyelesaikan kuliahnya secara “prematur” pada bulan maret 2013 kemarin. Pada
awalnya saya tidak ngeh dengan post yang dikirimkan oleh Reasita. Bahkan, akhir
– akhir ini saya pun tidak ngeh dengan keberadaan teman – teman lain satu
angkatan. Saya terlalu disibukkan dengan Tugas Akhir. Ya, Tugas Akhir. Saya terlalu
larut dalam keindividuan dan keantisosialan. Dalam benak saya saat itu adalah
bagaimana menyeleaikan tugas akhir beserta revisinya. Tidak terhitung berapa
kali saya menolak ajakan teman – teman untuk berkumpul. Tidak hanya saya,
mungkin teman – teman saya juga merasakan hal yang sama. Kami terlalu
disibukkan dengan urusan masing – masing. Setidaknya sampai pagi ini. Sampai
saya membaca post Reasita.
Saya
merasa disadarkan dengan post itu, bahwa saya mempunyai keluarga. Keluarga
tempat saya berbagi pengalaman selama 6 semester ini. Dengan mengatasnamakan
TA, saya seakan melupakan keluarga saya. Saya pun berfikir, mungkin komunikasi.
Komunikasi yang menjadi akar dari menjauhnya saya dari keluarga saya ini.
Intensitas kuliah yang jarang, waktu yang terasa sudah tidak sama antara satu
dengan yang lainnya. Atau mungkin kesibukan. Kesibukan dengan pacar, kesibukan
dengan urusan dirumah, kesibukan dengan organisasi, atau ke-sok-sibukan seperti
saya.
Jika di flashback, ada banyak kenangan yang telah kami lalui bersama. Moment perkenalan, mengerjakan tugas di perpus, rapat di gedung c, peserta BPS, Panitia BPS, jalan – jalan ke berbagai tempat, hima cup, formaba, ufo, senior BPS, dan masih banyak lagi. Belum lagi moment – moment kecil yang membahagiakan seperti ulang tahun dmen, pesek, kak banteng yang disiksa sedemikian rupa. Selain pengalaman bahagia itu, ada juga pengalaman menyedihkan yang kami alami. Fuad dan Teguh yang tidak melanjutkan studi, Alm. Handi Prayudha yang sudah dipanggil oleh Allah SWT untuk kembali ke sisi-Nya (selamat jalan kawan, aku yakin kamu bahagia disana J), hingga Ahong yang tiba – tiba memutuskan untuk cuti kuliah. Kalau diingat – ingat, pengalaman – pengalaman itu sungguh berharga. Sebuah pembelajaran bersama bagi kami. Baik secara psikis, fisik, dan akademis.
6 semester, 3 tahun. Bukanlah waktu yang singkat untuk kami saling mengenal satu sama lain. Bukan pula waktu yang singkat untuk menyatukan kami sebagai keluarga. Saya merasakan pesan yang disampaikan Reasita melalui post tersebut. Rasa sedih karena akan berpisah dengan teman teman, oh bukan teman tetapi keluarga. Keluarga yang dipersatukan oleh perbedaan, kebahagiaan, kesedihan, konflik internal/eksternal dan masih banyak lagi. Mungkin Reasita berharap, kami yang akan segera menyelesaikan studi ini akan tetap ingat. Bahwa kami adalah keluarga. Mungkin Reasita juga tidak ingin kebersamaan di bangku kuliah selama hampir 3 tahun ini hilang begitu saja seiring dengan lulusnya satu – persatu dari kami. Saya pun satu pemikiran dengan Reasita, saya tidak ingin keluarga ini berpisah. Cukuplah raga yang mungkin akan terpisahkan oleh jarak. Tetapi hati kami tetap berkumpul menjadi satu.
Saya
pun tersadar dari lamunan ini. Seiring dengan habisnya cairah ekstraksi dari
pucuk teh yang saya minum, saya menemukan inspirasi untuk menulis post ini.
sambil mengaduk – aduk es batu yang tersisa di gelas, saya optimis. Bahwa keluarga
PSTP UNAIR 2010 akan tetap menjadi keluarga. Untuk mewujudkan ini, bisa dimulai
dari diri sendiri. Ya, saya berjanji kepada diri saya dan Allah SWT. Bahwa saya
akan terus mengingat keluarga ini. karena ini adalah bagian dari perjalanan
hidup saya. :)