angka keberuntunganmu hari ini

Jumat, 05 Juli 2013

3 tahun, 6 semester, dan satu keluarga “PSTP 2010”

“Ketika aku lulus aqu ga merasa apa apa karena aqu pikir kalian masih di situ.. Kehilangan itu muncul ketika aqu kuliah tapi kalian sudah tidak disitu lagi..” ( Reasita, 2013 )

Saya masih bingung memulai tulisan ini dari mana, rasanya sudah lama sejak terakhir kali saya posting di blog. Tetapi yang jelas, tulisan ini terinspirasi oleh post teman saya, Reasita di halaman grup FB PSTP UNAIR 2010. Isi post itu sederhana, yaitu yang saya kutip diatas. Apalagi dalam kondisi saya yang baru saja selesai uas, tentu saja kesulitan untuk memahami isi pesan. Setelah saya membaca berulang - ulang, barulah saya memahami apa makna dari post tersebut.

Jumat 5 Juli 2013, pukul 9:19. Sebuah notifikasi muncul di layar blackberry saya. Lampu led berkedip – kedip memancarkan warna biru. Ah, ada pembeitahuan facebook. Saya pun membuka pemberitahuan tersebut, yang ternyata adalah post dari Reasita pada halaman grup PSTP UNAIR 2010. “Ketika aku lulus aqu ga merasa apa apa karena aqu pikir kalian masih di situ.. Kehilangan itu muncul ketika aqu kuliah tapi kalian sudah tidak disitu lagi..” ( Reasita, 2013 ). Saya pun diam, lalu secara perlahan – lahan saya masuk ke dalam makna dari post tersebut. Ya, Reasita adalah teman satu angkatan saya di PSTP 2010, yang sudah lebih dulu menyelesaikan kuliahnya secara “prematur” pada bulan maret 2013 kemarin. Pada awalnya saya tidak ngeh dengan post yang dikirimkan oleh Reasita. Bahkan, akhir – akhir ini saya pun tidak ngeh dengan keberadaan teman – teman lain satu angkatan. Saya terlalu disibukkan dengan Tugas Akhir. Ya, Tugas Akhir. Saya terlalu larut dalam keindividuan dan keantisosialan. Dalam benak saya saat itu adalah bagaimana menyeleaikan tugas akhir beserta revisinya. Tidak terhitung berapa kali saya menolak ajakan teman – teman untuk berkumpul. Tidak hanya saya, mungkin teman – teman saya juga merasakan hal yang sama. Kami terlalu disibukkan dengan urusan masing – masing. Setidaknya sampai pagi ini. Sampai saya membaca post Reasita.

Saya merasa disadarkan dengan post itu, bahwa saya mempunyai keluarga. Keluarga tempat saya berbagi pengalaman selama 6 semester ini. Dengan mengatasnamakan TA, saya seakan melupakan keluarga saya. Saya pun berfikir, mungkin komunikasi. Komunikasi yang menjadi akar dari menjauhnya saya dari keluarga saya ini. Intensitas kuliah yang jarang, waktu yang terasa sudah tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Atau mungkin kesibukan. Kesibukan dengan pacar, kesibukan dengan urusan dirumah, kesibukan dengan organisasi, atau ke-sok-sibukan seperti saya.

Jika di flashback, ada banyak kenangan yang telah kami lalui bersama. Moment perkenalan, mengerjakan tugas di perpus, rapat di gedung c, peserta BPS, Panitia BPS, jalan – jalan ke berbagai tempat, hima cup, formaba, ufo, senior BPS, dan masih banyak lagi. Belum lagi moment – moment kecil yang membahagiakan seperti ulang tahun dmen, pesek, kak banteng yang disiksa sedemikian rupa. Selain pengalaman bahagia itu, ada juga pengalaman menyedihkan yang kami alami. Fuad dan Teguh yang tidak melanjutkan studi, Alm. Handi Prayudha yang sudah dipanggil oleh Allah SWT untuk kembali ke sisi-Nya (selamat jalan kawan, aku yakin kamu bahagia disana J), hingga Ahong yang tiba – tiba memutuskan untuk cuti kuliah. Kalau diingat – ingat, pengalaman – pengalaman itu sungguh berharga. Sebuah pembelajaran bersama bagi kami. Baik secara psikis, fisik, dan akademis.

6 semester, 3 tahun. Bukanlah waktu yang singkat untuk kami saling mengenal satu sama lain. Bukan pula waktu yang singkat untuk menyatukan kami sebagai keluarga. Saya merasakan pesan yang disampaikan Reasita melalui post tersebut. Rasa sedih karena akan berpisah dengan teman teman, oh bukan teman tetapi keluarga. Keluarga yang dipersatukan oleh perbedaan, kebahagiaan, kesedihan, konflik internal/eksternal dan masih banyak lagi. Mungkin Reasita berharap, kami yang akan segera menyelesaikan studi ini akan tetap ingat. Bahwa kami adalah keluarga. Mungkin Reasita juga tidak ingin kebersamaan di bangku kuliah selama hampir 3 tahun ini hilang begitu saja seiring dengan lulusnya satu – persatu dari kami. Saya pun satu pemikiran dengan Reasita, saya tidak ingin keluarga ini berpisah. Cukuplah raga yang mungkin akan terpisahkan oleh jarak. Tetapi hati kami tetap berkumpul menjadi satu.

Saya pun tersadar dari lamunan ini. Seiring dengan habisnya cairah ekstraksi dari pucuk teh yang saya minum, saya menemukan inspirasi untuk menulis post ini. sambil mengaduk – aduk es batu yang tersisa di gelas, saya optimis. Bahwa keluarga PSTP UNAIR 2010 akan tetap menjadi keluarga. Untuk mewujudkan ini, bisa dimulai dari diri sendiri. Ya, saya berjanji kepada diri saya dan Allah SWT. Bahwa saya akan terus mengingat keluarga ini. karena ini adalah bagian dari perjalanan hidup saya. :) 

Jumat, 05 April 2013

Sedikit pengalaman Bersama Selamat Group

Post ini merupakan pendapat pribadi, bukan untuk mempromosikan Salah satu PO maupun merendahkan PO lainnya.

Selamat Group ( dulu Sumber Group ) merupakan sebuah Perusahaan Otobus yang beroperasi di jalan Antar Kota Antar Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Awalnya PO ini memiliki nama Sumber Kencono. Tetapi, karena terlibat dalam beberapa insiden kecelakaan dan sering "diberitakan" sebagai pihak yang salah,  akhirnya PO ini menganti namanya dengan Sumber Selamat dan Sugeng Rahayu.

Awalnya saya tidak begitu mengenal PO ini, karena kota tempat tinggal saya bukan merupakan jalur yang dilewati oleh trayeknya. Saya mengenal PO ini dari cerita beberapa teman yang mengatakan bahwa PO ini merupakan salah satu bis yang "banter". Seiring dengan santernya pemberitaan di media yang mengekspose insiden kecelakaan yang melibatkan bis Sumber Kencono, saya mulai penasaran.

Semakin lama, pemberitaan di media terkesan semakin menyudutkan PO ini, bahkan ada yang mengisukan bahwa ijin trayek PO ini akan dicabut. Beruntung isu pencabutan trayek tersebut tidak terjadi dan PO ini muncul dengan armada baru yang bernama Sumber Selamat. Tidak lama kemudian, muncul lagi armada dengan nama Sugeng Rahayu seiring dengan mulai ditinggalkannya nama Sumber Kencono. Pemberitaan di media yang menyudutkan, isu pencabutan ijin trayek dan pergantian nama ternyata tidak juga menyurutkan kesetiaan para pelanggan Selamat Group. Mereka tetap memilih untuk naik bis ini walaupun di dalam sudah penuh sesak. Sebuah pertanyaan muncul di benak saya "kenapa orang - orang masih menjadikan bis ini sebagai pilihan dalam beprgian, padahal ada banyak PO lain yang beroperasi di trayek yang sama. apa yang menjadi nilai lebih dari PO ini ?". Saya mulai tertarik untuk mencari tau, karena memang dari awal saya meyakini bahwa PO ini tidak seperti yang diberitakan di media.

Ada teman yang mengatakan bahwa PO ini memberikan potongan tarif bagi orang yang menjadi pelanggan ( langganan ) setia. Ya, memang PO ini memiliki tarif langganan yang lebih murah dari tarif normal, tapi saya kira jawabannya bukan itu. Karena PO lain juga ada yang memberikan tarif langganan kepada pelanggan mereka. Ada yang mengatakan bis ini "banter" jadi lebih cepat sampai. Tapi sekali lagi, menurut saya bukan ini alasannya, karena cepat tidaknya bis untuk sampai di tujuan dipengaruhi berbagai faktor. Dan dengan kemacetan di jalan raya sekarang ini, selisih antara cepat dan lambat menjadi tidak terlalu jauh.

Akhirnya saya memutuskan untuk mencari jawaban itu sendiri, yaitu dengan mencoba menaiki PO ini dalam perjalanan jarak dekat, Surabaya - Mojokerto PP. Saya mendapati bis Sumber Selamat sedang bersiap di jalur keberangkatan, saya langsung naik ke bis ini. Masuk ke dalam bis, saya langsung mencium aroma pengharum ruangan. Lalu saya melihat kursi dan lantai bis yang bersih. Saat mencoba kursi penumpang, saya mulai menemukan jawaban dari pertanyaan saya diatas. Kursi penumpang Selamat Group terasa nyaman dan jarak antar kursi lebih lebar dari PO lain. Setelah saya hitung, Kursi di armada Selamat group 1 baris lebih sedikit dari PO lain, hal inilah yang menjadikan jarak antar kursi lebih lebar, sehingga nyaman bagi penumpang. saat bis berjalan, sopir lumayan ngebut, tetapi tidak ngawur. Kondektur yang menarik ongkos pun ramah. Bukti dari keramahan kondektur bis yang saya tumpangi ini terlihat saat ada penumpang yang mabuk perjalanan dan muntah, kondektur langsung meminta maaf kepada penumpang jika ada yang terkena muntahan. Satu lagi, semua kru selamat group berseragam, sehingga mudah dikenali. Selanjutnya tidak banyak yang bisa saya ceritakan, karena hanya perjalanan jarak dekat.

Saat perjalanan kembali ke Surabaya, saya memutuskan untuk kembali menaiki armada Selamat Group. Cukup lama saya menunggu, sampai akhirnya ada 1 armada non ac yang lewat. Disini saya melihat 1 kejadian yang menyentuh, sang kernet membantu seorang kakek yang kesulitan pada saat akan turun dengan ramah. Kejadian ini semakin menguatkan pendapat awal saya, Selamat Group merupakan salah satu PO yang memiliki manajemen, armada, dan kru yang baik, terlepas dari "pemberitaan" media yang menyudutkan  dengan anggapan bahwa PO ini mengabaikan keselamatan dan kenyamanan penumpang hanya demi mengejar setoran. Logikanya, jika PO ini mengabaikan keselamatan penumpang, kenapa sang kondektur mau membantu penumpang saat turun ( saya pernah melihat di PO lain, seorang nenek dimarahi oleh kondektur karena tidak bergegas turun saat sudah sampai di tujuan ). Saya memutuskan untuk menunggu armada berikutnya ( sebenarnya cukup menyesal tidak ikut yang non ac, mengingat armada non ac dari Selamat Group sudah langka ). Akhirnya datang juga armada yang saya tunggu, Sugeng Rahayu ac. Sama seperti sebelumnya, kondektur bis ini juga ramah. dan kali ini sang sopir tidak terlalu memacu kendaraannya terlalu kencang, walau begitu, bis ini masih bisa menyalip beberapa bus yang ada di depannya. 

Dari perjalanan Surabaya - Mojokerto PP ini, saya menemukan apa yang menjadi nilai lebih dari Selamat Group yang menjadi alasan para penggemarnya untuk tetap setia menjadi pelanggan. Dan sekaligus membenarkan pendapat saya, bahwa insiden kecelakaan yang melibatkan oleh PO ini bukan semata disebabkan oleh kesalahan dari pihak Selamat Group tetapi lebih kepada etika berkendara masyarakat yang sudah mulai luntur.
Tetapi sekali lagi, Post ini merupakan pendapat saya pribadi. Karena pada kenyataannya di lapangan, semua PO memiliki penggemar sendiri - sendiri, tentu saja dengan alasan mereka masing - masing. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.